Gw lagi---gw lagiii...

Gw lagi---gw lagiii...
gw lebih keliatan Boss Rokok ato Boss APV seeehhh???

anganku.....

anganku.....
gw bisa ga ya ke sana....., pingin liat aselinya....

gw neeh

gw neeh
gede banget trucknya nyak.....

Rabu, 23 Januari 2008

Membeli Waktu Papa

On Thu, 10 Jan 2008 01:58:42 -0800 (PST)
Courtasy by:Yulita Sari
> Huahahahaha. . guys,, simaklah cerita ini baik2.. jgn smp
>thp38 junior mengalaminya kekekekekek. .

> Membeli Waktu Papa
>
> Steven adalah seorang karyawan perusaahan yang cukup
>terkenal di Jakarta , memiliki dua putra. Putra pertama
>baru berusia 6 tahun bernama Leo dan putra ke dua berusia
>dua tahun bernama Kristian. Seperti biasa jam 21.00
>Steven sampai di rumahnya di salah satu sudut Jakarta,
>setelah seharian penuh bekeja di kantornya. Dalam
>keremangan lampu halaman rumahnya dia melihat Leo putra
>pertamanya di temani bik Yati pembantunya menyambut
>digerbang rumah.
>
> "Kok belum tidur Leo?" sapa Steven sambil mencium
>anaknya. Biasanya Leo sudah tider ketika Steven pulang
>dari kantor dan baru bangun menjelang Steven berangkat ke
>kantor keesokan harinya.
>
> "Leo menunggu Papa pulang, Leo mau tanya, gaji Papa itu
>berapa sih Pa?" kata Leo sambil membuntuti papanya.
>
> "Ada apa nih kok tanya gaji papa segala?"
>
> "Leo Cuma pingin tahu aja kok Pah?
>
> "Baiklah coba Leo hitung sendiri ya. Kerja papa sehari
>di gaji Rp 600.000,-, nah selama sebulan rata-rata
>dihitung 25 hari kerja. Nah berapa gaji papa sebulan?"
>
> "Sehari Papa kerja berapa jam Pa?" tanya Leo lebih
>lanjut.
>
> "Sehari papa kerja 10 jam Leo, nah hitung sana, Papa mau
>melepas sepatu dulu."
>
> Leo berlari ke meja belajarnya dan sibuk mencoret-coret
>dalam kertasnya menghitung gaji papanya. Sementara Steven
>melepas sepatu dan meminum teh hangat buatan istri
>tercintanya.
>
> "Kalau begitu, satu bulan Papa di gaji Rp 15.000.000,- ,
>ya Pah? Dan satu jam papa di gaji Rp. 60.000,-." Kata Leo
>setelah mencorat-coret sebentar dalam kertasnya sambil
>membuntuti Steven yang beranjak menuju kamarnya.
>
> "Nah, pinter kamu Leo. Sekarang Leo cuci kaki lalu
>bobok." Perintah Steven, namun Leo masih saja membuntuti
>Steven sambil terus memandang papanya yang benrganti
>pakaian.
>
> "Pah, boleh tidak Leo pinjam uang Papa Rp. 5.000,-
>saja?" tanya Leo dengan hati-hati sambil menundukkan
>kepalanya.
>
> "Sudahlah Leo, nggak usah macam-macam, untuk apa minta
>uang malam-malam begini. Kalau mau uang besok saja, Papa
>kan capek mau mandi dulu. Sekarang Leo tidur supaya besuk
>tidak terlambat ke sekolah!"
>
> "Tapi Pah.."
>
> "Leooo!! Papa bilang tidur!"bentak Steven mengejutkan
>Leo.
>
> Segera Leo beranjak menuju kamarnya. Setelah mandi
>Steven menengok kamar anaknya dan menjumpai Leo belum
>tidur. Leo sedang terisak pelan sambil memegangi sejumlah
>uang. Steven nampak menyesal dengan bentakannya.
>Dipegangnyalah kepala Leo pelan dan berkata: "Maafkan
>Papa ya nak. Papa sayang sekali pada Leo." ditatapnya Leo
>anaknya dengan penuh kasih sambil ikut berbaring di
>sampingnya.
>
> "Nah katakana pada Papa, untuk apa sih perlu uang
>malam-malam begini. Besuk kan bias, jangankan Rp.
>5.000,-, lebih banyak dari itupun akan Papa kasih."
>
> "Leo nggak minta uang Papa kok, Leo cuma mau pinjam.
>Nanti akan Leo kembalikan, kalau Leo udah menabung lagi
>dari uang jajan Leo."
>
> "Iya, tapi untuk apa Leo?" tanya Steven dengan lembut.
>
> "Leo udah menunggu Papa dari sore tadi, Leo nggak mau
>tidur sebelum ketemu Papa. Leo pingin ngajak Papa main
>ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang
>bahwa waktu papa berharga. Jadi Leo ingin beli waktu
>Papa."
>
> "Lalu." tanya Steven penuh perhatian dan kelihatan belum
>mengerti.
>
> "Tadi Leo membuka tabungan, ada Rp 25.000,-. Tapi karena
>Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 60.000,-, maka
>untuk setengah jam berarti Rp. 30.000,-. Uang tabungan
>Leo kurang Rp. 5.000,-. Maka Leo ingin pinjam pada Papa.
>Leo ingin membeli waktu Papa setengah jam saja, untuk
>menemani Leo main ular tangga. Leo rindu pada Papa." Kata
>Leo polos dengan masih menyisakan isakannya yang
>tertahan.
>
> "Steven terdiam, dan kehilangan kata-kata. Bocah kecil
>itu dipeluknya erat-erat, bocah kecil yang menyadarkan
>bahwa cinta bukan hanya sekedar ungkapan kata-kata belaka
>namun berupa ungkapan perhatian..



Tidak ada komentar: